7.3.1 Kontrasepsi Hormonal Kombinasi

Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dan progesteron (Kontrasepsi Oral Kombinasi/KOK) merupakan sediaan yang paling efektif untuk digunakan umum. Manfaat kontrasepsi kombinasi oral antara lain:

  • terpercaya dan efeknya bersifat sementara;
  • mengurangi dismenore dan menoragi;
  • mengurangi terjadinya ketegangan pramenstruasi;
  • lebih sedikit terjadi kista fibroids simptomatik dan kista ovarium;
  • lebih sedikit terjadi kelainan payudara non-maligna;
  • mengurangi risiko kanker ovarium dan endometrium;
  • mengurangi risiko penyakit inflamasi pelvis, yang merupakan risiko dari penggunaan AKDR.

Kontrasepsi kombinasi oral yang terdiri dari sejumlah tetap estrogen dan progesteron dalam setiap tablet aktif disebut ’monofasik’, sedangkan tablet dengan variasi jumlah kedua hormon bervariasi berdasarkan tahanan siklus disebut ’bifasik’ dan ’trifasik’. Plester transdermal yang mengandung estrogen dengan progesteron juga tersedia.

Pemilihan
Kandungan estrogen dalam kontrasepsi kombinasi oral ada pada rentang 20-40 mcg dan umumnya sediaan dengan kandungan estrogen dan progesteron paling rendah yang memberikan kontrol siklus yang baik dan efek samping minimal yang dipilih.

  • Sediaan dengan kekuatan rendah (mengandung 20 mcg etinilestradiol) terutama tepat digunakan pada wanita dengan risiko penyakit sirkulasi, kelainan peredaran darah, tetapi waspada terhadap risiko thromboembolisme. Jika boleh menggunakan kontrasepsi oral kombinasi. Kontrasepsi oral kombinasi dianjurkan untuk tidak dilanjutkan pada usia lebih dari 50 tahun karena ada pilihan lain yang lebih tepat.
  • Sediaan dengan kekuatan standar (mengandung 30 atau 35 mcg etinilestradiol atau sediaan fase 30-40 mcg) tepat untuk penggunaan standar. Sediaan bifasik dan trifasik umumnya dicadangkan pada wanita yang tetap mengalami perdarahan atau breakthrough bleeding dengan sediaan monofasik.

Progestogen desogestrel, drospirenon dan gestoden (dalam kombinasi dengan etinilestradiol) dapat digunakan pada wanita yang mengalami efek samping (seperti jerawat, sakit kepala, depresi, penambahan berat badan, simptom payudara, dan breakthrough bleeding) dengan progestogen lain. Akan tetapi, sebaiknya tetap diperingatkan bahwa desogestrel dan gestoden juga dapat meningkatkan risiko tromboembolisme vena. Drospirenon, derivat spironolakton, memiliki aktivitas anti-androgenik dan antimineralokortikoid; sebaiknya digunakan dengan hati-hati jika terjadi peningkatan kadar kalium. Progestogen norelgestromin dikombinasikan dengan etinilestrasiol dalam plester transdermal.

Risiko Tromboembolisme Vena
Terdapat peningkatan risiko penyakit tromboembolisme vena (khususnya selama tahun pertama) pada pengguna kontrasepsi oral namun risiko ini masih lebih rendah dibandingkan tromboembolisme vena pada kehamilan (sekitar 60 kasus tromboembolisme vena per 100.000 kehamilan). Pada semua kasus, risiko tromboembolisme vena meningkat dengan bertambahnya usia dan adanya faktor risiko tromboembolisme vena (misalnya obesitas). Risiko terjadinya tromboembolisme vena dengan plester transdermal belum diketahui.

Kejadian tromboembolisme vena pada  wanita sehat tidak hamil yang tidak mengkonsumsi kontrasepsi oral adalah sekitar 5 kasus/100.000 wanita per tahun. Pada penggunaan kontrasepsi kombinasi oral mengandung progestogen generasi kedua misalnya levonorgestrel, tromboembolisme vena terjadi pada sekitar 15/100.000 wanita per tahun. Beberapa penelitian melaporkan peningkatan risiko tromboembolisme vena pada wanita yang menggunakan sediaan generasi ketiga progestogen desogestrel dan gestodene; sekitar 25/100.000 wanita per tahun.

Risiko absolut dari tromboembolisme vena pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral kombinasi mengandung progestogen generasi ketiga berisiko kecil dibandingkan dengan risiko yang terkait dengan kehamilan. Jika sudah dan hal ini diinformasikan mengenai risiko tromboembolisme vena dan hal ini dapat diterima, pemilihan kontrasepsi oral dilakukan bersama dengan dokter dan disesuaikan dengan riwayat kesehatan individu dan adanya kontraindikasi.

Perjalanan
Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral, atau menggunakan plester memiliki risiko peningkatan trombosis vena selama perjalanan karena immobilitas jangka panjang (lebih dari 5 jam). Risiko dapat berkurang dengan latihan yang tepat selama perjalanan dan kemungkinan dengan menggunakan kaus kaki elastis.

Lupa Minum Pil
Waktu kritis kehilangan efek perlindungan kontrasepsi adalah jika lupa minum pil pada awal atau akhir siklus (interval bebas pil menjadi lebih panjang). Jika lupa minum pil, maka sebaiknya pil diminun secepat mungkin pada saat ia menyadarinya, dan untuk diminum pada waktu biasanya. Jika terlambat 24 jam atau lebih (khususnya pada periode awal), pil mungkin tidak bekerja. Segera setelah menyadarinya, pasien sebaiknya melanjutkan meminum pil secara normal. Akan tetapi, pasien tidak terlindungi selama 7 hari ke depan dan oleh sebab itu tidak boleh berhubungan atau sebaiknya menggunakan metode lain untuk kontrasepsi seperti kondom. Bila 7 hari ke depan yang tidak terlindungi ada pada akhir paket ini, paket selanjutnya sebaiknya dimulai segera dengan mengabaikan interval bebas pil (atau pada kasus pil setiap hari (everyday, ED), abaikan 7 tablet inaktif). Kontrasepsi darurat dianjurkan jika lebih dari 2 tablet kontrasepsi oral kombinasi terlewat dari 7 tablet pertama dalam paket.

Penundaan Pemakaian/Penempelan atau Pelepasan Plester
Jika plester terlepas sebagian selama kurang dari 24 jam, pasang kembali pada tempat yang sama atau segera ganti dengan plester yang baru; tidak diperlukan tambahan kontrasepsi dan plester selanjutnya dipasang sesuai jadwal seperti biasanya. Jika plester terlepas selama lebih dari 24 jam atau jika pengguna tidak mengetahui bahwa plesternya terlepas lalu menghentikan siklus kontrasepesi dan memulai siklus baru dengan memasang plester baru, mulai dengan ’Hari 1’ yang baru. Penambahan kontrasepsi non-hormonal harus digunakan selanjutnya selama 7 hari pertama pada siklus yang baru.

Jika penggunaan plester baru pada awal siklus yang baru tertunda, perlindungan kontrasepsi akan hilang. Plester yang baru sebaiknya dipasang segera begitu ingat untuk memulai pada ’Hari 1’ baru. Penambahan metode kontrasepsi non-hormonal sebaiknya digunakan pada 7 hari pertama pada siklus yang baru. Jika hubungan dilakukan selama interval bebas plester, kemungkinan masa subur sebaiknya dipertimbangkan. Jika penggunaan plester pada pertengahan siklus tertunda (misplester tidak diganti pada hari ke-8 atau hari ke-15) maka:

  • sampai 48 jam, segera dipasang plester baru; plester selanjutnya diganti pada sisa hari yang sama dan tidak diperlukan tambahan kontrasepsi.
  • lebih dari 48 jam, perlindungan dari kontrasepsi akan hilang. Hentikan siklus dan segera memulai siklus 4 minggu yang baru dengan memasang plester yang baru dengan memulai ’Hari 1’ baru. Penambahan kontrasepsi non- hormonal sebaiknya digunakan selama 7 hari pertama pada siklus yang baru. Jika plester tidak dilepaskan sampai akhir siklus (hari ke-22), lepaskan secepat mungkin dan mulai siklus selanjutnya di ’hari pergantian” seperti biasa, setelah hari ke-28; tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.

Diare dan Muntah
Muntah dalam waktu 2 jam setelah pemberian kontrasepsi oral atau terjadi diare yang sangat berat dapat mengganggu absorbsi. Diperlukan kontrasepsi tambahan diperlukan selama muntah/diare dan 7 hari setelah sembuh. Jika diare dan muntah terjadi selama penggunaan 7 tablet terakhir, interval bebas pil selanjutnya sebaiknya diabaikan (Jika menggunakan tablet ED abaikan 7 tablet inaktif lainnya).

Interaksi
Efektivitas dari kontrasepsi oral kombinasi  maupun yang hanya mengandung progesteron akan menurun jika berinteraksi dengan obat yang menginduksi aktivitas enzim hepatik (misalnya karbamazepin, griseofulvin, modafinil, nelfinavir, nevirapin,  okskarbazepin, fenitoin, fenobarbital, ritonavir, topiramat, rifabutin serta rifampisin). Kondom dan juga kontrasepsi kerja panjang seperti kontrasepsi injeksi, lebih tepat untuk pasien dengan infeksi HIV atau dengan risiko infeksi HIV dan saran tentang kemungkinan interaksi dengan obat antiretrovirus sebaiknya diberikan oleh dokter spesialis yang menangani HIV. Untuk penggunaan obat yang menginduksi enzim tetapi jangka pendek, dosis kontrasepsi kombinasi oral sebaiknya disesuaikan sehingga didapat kadar etinilestradiol 50 mcg atau lebih setiap hari, selanjutnya sebaiknya diperhatikan kemungkinan diperlukan kontrasepsi tambahan selama mengunakan obat yang menginduksi enzim dan 4 minggu setelah penghentian obat.

Wanita yang menggunakan obat penginduksi enzim jangka panjang dianjurkan untuk melakukan metode kontrasepsi yang tidak dipengaruhi oleh interaksi obat. Pada wanita yang tidak dapat menggunakan metode kontrasepsi alternatif, dianjurkan menggunakan 'tricycling’ (misalnya menggunakan 3 atau 4 paket tablet monofasik tanpa diikuti istirahat dengan interval pendek 4 hari bebas tablet, tetapi pasien sebaiknya diperingatkan mengenai ketidakpastian efektivitas regimen ini). Rifampisin dan rifabutin adalah obat penginduksi enzim yang kuat oleh karena itu metode kontrasepsi alternatif (seperti IUD) selalu dianjurkan.

Karena aktivitas enzim menjadi tidak kembali normal setelah beberapa minggu penghentian obat penginduksi enzim, pengukuran kontrasepsi yang tepat diperlukan selama 4 sampai 8 minggu setelah penghentian. Efektivitas kontrasepsi plester juga dapat dikurangi oleh obat yang menginduksi aktivitas enzim hepatik. Kontrasepsi tambahan dianjurkan jika menggunakan obat penginduksi enzim dan selama 4 minggu setelah penghentian. Jika pemberian bersamaan obat tersebut dilakukan lebih dari siklus 3 minggu penggunaan plester baru dimulai segera tanpa interval bebas plester. Pada wanita yang menggunakan obat penginduksi enzim jangka panjang, sebaiknya dipertimbangkan metode kontrasepsi lain. Beberapa antibakteri yang tidak menginduksi enzim hati (misalnya ampisilin, doksisiklin) dapat menurunkan efektivitas kontrasepsi oral kombinasi dengan mengganggu bakteri flora yang berfungsi mendaur etinilestrasiol pada usus besar. Kontrasepsi tambahan diperlukan jika menggunakan antibakteri jangka pendek yang tidak menginduksi enzim dan selama 7 hari setelah penghentian obat. Jika 7 hari ini ada pada akhir paket, paket selanjutnya sebaiknya dimulai segera tanpa periode bebas kontrasepsi (pada kasus ED tablet inaktif diabaikan). Jika penggunaan antibakteri lebih dari 3 minggu, akan terjadi resistensi bakteri sehingga tidak diperlukan perhatian tambahan kecuali jika diberikan antibakteri baru; perhatian tambahan juga tidak diperlukan jika pasien memulai kontrasepsi oral kombinasi pada saat sudah menggunakan antibakteri selama 3 minggu atau lebih.

Kemungkinan beberapa antibakteri mempengaruhi efektivitas kontrasepsi plester. Kontrasepsi tambahan dianjurkan selama penggunaan bersamaan dan selama 7 hari setelah penghentian antibakteri yang tidak menginduksi enzim (kecuali tetrasiklin). Jika penggunaan bersama berlangsung lebih dari siklus 3 minggu penggunaan, siklus pengobatan baru sebaiknya segera dimulai tanpa memutus plester. Jika penggunaan antibakteri lebih dari 3 minggu, kontrasepsi tambahan tidak diperlukan kecuali jika diberikan antibakteri baru; kontrasepsi tambahan juga tidak diperlukan jika pasien memulai kontrasepsi plester pada saat sudah menggunakan antibakteri selama 3 minggu atau lebih.

Pembedahan
Kontrasepsi yang mengandung estrogen sebaiknya dihentikan (dan digunakan kontrasepsi alternatif yang memadai) 4 minggu sebelum pembedahan besar dan pembedahan pada kaki atau pembedahan yang mempengaruhi immobilisasi jangka panjang pada lengan bawah dan sebaiknya dianjurkan diberikan pada saat haid pertama yang terjadi setidaknya 2 minggu setelah pasien mobilisasi penuh. Injeksi depot yang hanya mengandung progesteron dapat diberikan dan kontrasepsi yang mengandung estrogen mulai diberikan kembali, setelahnya diberikan sebelum pemberian suntikan selanjutnya. Jika penghentian kontrasepsi estrogen tidak mungkin dilakukan, misalnya setelah trauma atau pasien yang tetap menggunakan kontrasepsi estrogen pada saat pembedahan, dianjurkan dilakukan trombofilaksis (dengan heparin). Rekomendasi ini tidak berlaku untuk pembedahan kecil yang menggunakan anestesi kerja pendek, misalnya sterilisasi laparoskopik atau pencabutan gigi, atau pada wanita yang menggunakan kontrasepsi bebas hormon (secara oral maupun injeksi).

Alasan Penghentian Segera
Kontrasepsi kombinasi hormonal atau terapi sulih hormon (HRT) sebaiknya dihentikan (tunda investigasi dan pengobatan), jika terjadi gejala-gejala berikut:

  • nyeri berat pada dada yang muncul dengan tiba-tiba (bahkan jika tidak menyebar pada lengan kiri);
  • kesulitan bernafas dengan tiba-tiba (atau batuk dengan noda darah pada sputum);
  • nyeri berat pada betis pada satu kaki;
  • nyeri berat pada perut;
  • keluhan neurologi serius termasuk yang tidak biasa, sakit kepala yang berat dan berkepanjangan khususnya baru pertama kali terjadi atau yang makin memburuk atau hilangnya pandangan sebagian atau seluruhnya atau kehilangan pendengaran dengan tiba-tiba atau gangguan kemampuan persepsi lainnya atau disfasia atau serangan sakit kepala atau pingsan atau kejang epilepsi yang baru pertama kali terjadi atau kelemahan, gangguan motorik, mati rasa yang mempengaruhi satu sisi atau satu bagian dari tubuh;
  • hepatitis, ikterus, pembesaran hati;
  • tekanan darah sistolik di atas 160 mmHg dan diastolik 100 mmHg;
  • imobilitas jangka panjang setelah operasi atau luka pada kaki;
  • ada faktor risiko yang menjadi kontraindikasi pemberian obat.

Kontrasepsi Darurat-Metode Hormonal
Levonorgestrel digunakan dalam kontrasepsi hormonal darurat. Obat ini akan efektif jika diberikan dalam waktu 72 jam (3 hari) setelah senggama yang tidak terlindungi. Penggunaan obat secepat mungkin akan meningkatkan efektivitas. Kontrasepsi hormonal darurat kurang efektif dibanding pemasangan AKDR. Jika terjadi muntah dalam 3 jam setelah menggunakan levonorgestrel, dosis pengganti dapat diberikan. Jika diperlukan antiemetik, dianjurkan digunakan domperidon.

Saat meresepkan kontrasepsi hormonal darurat, dokter sebaiknya menjelaskan:

  • bahwa periode/siklus mens berikutnya dapat lebih cepat atau terlambat;
  • bahwa metode pelindung perlu digunakan sampai periode/siklus mens berikutnya;
  • cepat kembali ke dokter jika terjadi nyeri pada abdomen bawah karena hal ini dapat merupakan pertanda kehamilan ektopik (dan juga pada 3 sampai 4 minggu jika darah menstruasi selanjutnya tidak normal, encer, kental atau singkat, atau tidak terjadi, atau jika sebaliknya).

Kehamilan Intra Uterin: selain terapi, lihat Lampiran 4 (Levonogestrel).
Interaksi. Efektivitas kontrasepsi hormonal darurat berkurang dengan obat-obat penginduksi enzim, AKDR tembaga. Tidak diperlukan peningkatan dosis kontrasepsi darurat jika pasien menggunakan antibakteri yang tidak menginduksi enzim.

 

Monografi: 

ESTRADIOL+DIENOGEST

Indikasi: 

kontrasepsi oral, perdarahan menstruasi yang berlebihan pada wanita tanpa kondisi patologi organik (disfungsi perdarahan uterus) yang menggunakan kontrasepsi oral.

Peringatan: 

risiko tromboembolisme, tumor, wanita dengan atau riwayat hipertrigliseridemia berisiko tinggi terkena pankreatitis setelah penggunaan obat ini, penyakit Chron’s dan kolitis ulseratif, kloasma.

Interaksi: 

penggunaan bersama penginduksi enzim (fenitoin, barbiturat, pirimidon, karbamazepin, rifampisin, okskarbazepin, topiramat, felbamat, dan griseovulvin) meningkatkan bersihan hormon kelamin, rifampisin menurunkan konsentrasi sehingga efek kontrasepsi oral menurun, HIV protease (ritonavir) dan penghambat enzim transkriptase pembalik non-nukleosida (Non-nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors) meningkatkan metabolisme hepatik sehingga menurunkan efek kontrasepsi oral, antibiotik (penisilin, tetrasiklin) mengurangi konsentrasi estradiol, penghambat CYP3A4 (ketokonazol, eritromisin, simetidin, verapamil, diltiazem, antidepresan dan grapefruit juice) meningkatkan konsentrasi plasma dienogest, kontrasepsi steroid dapat memberikan hasil tes laboratorium meningkat seperti parameter biokimia hati, tiroid, adrenal dan fungsi ginjal, kadar plasma protein, parameter metabolisme karbohidrat, parameter koagulasi dan fibrinolisis.

Kontraindikasi: 

riwayat tromboembolisme (trombosis vena berat, emboli paru, infark miokard) atau kejadian serebrovaskular, riwayat prodromi trombosis (transient ischaemic attack/TIA, angina pektoris), riwayat migrain dengan gejala neurologik fokal, diabetes mellitus dengan komplikasi vaskular, pankreatitis atau riwayat pankreatitis akibat hipertrigliseridemia berat, penyakit hati berat selama nilai fungsi hati belum kembali normal, tumor hati dan riwayat tumor hati (jinak atau ganas), malignan (organ genital atau payudara) yang dipengaruhi hormon seks, perdarahan vagina yang tidak terdiagnosa, kehamilan, hipersensitivitas.

Efek Samping: 

umum: sakit kepala, nyeri abdomen, mual, akne, amenore, dismenore, rasa tidak nyaman pada payudara, dismenorea, perdarahan diantara siklus haid (metrorrhagia), peningkatan berat badan; tidak umum: infeksi jamur, infeksi mikotik vulvovagina, infeksi vagina, peningkatan nafsu makan, depresi, rasa tertekan, gangguan emosional, penurunan libido, gangguan mental, perubahan mood, pusing, migrain, kulit memerah, hipertensi, diare, muntah, peningkatan enzim hati, alopesia, hiperhidrosis, pruritus, ruam, kram otot, pembesaran payudara, breast mass, displasia servikal, disfungsi perdarahan uterus, dyspareunia, penyakit payudara fibrosistik, menoragia, gangguan menstruasi, ovarian cyst, nyeri pelvis, sindrom premenstrual, leiomyoma uterus, spasme uterus, perdarahan vagina/uterus termasuk spotting, keputihan, vulvovaginal kering, letih, iritabilitas, edema, peningkatan berat badan, perubahan tekanan darah; jarang: kandidiasis, herpes oral, penyakit inflamasi pelvis, sindrom presumed ocular histoplasmosis, tinea vesicolor, infeksi saluran kemih, vaginitis akibat bakteri, retensi cairan, hipertrigliseridemia, agresi, ansietas, disforia, peningkatan libido, gugup, mimpi buruk, gelisah, gangguan tidur, stres, gangguan konsentrasi, paraestesia, vertigo, intoleransi lensa kontak, mata kering, pembengkakan mata, infark miokard, palpitasi, bleeding varicose vein, hipotensi, phlebitis superficialis, nyeri vena, konstipasi, mulut kering, dispepsia, penyakit refluks gastroesofageal, hiperplasia fokal nodular pada hati, kolesistitis kronis, reaksi alergi kulit, kloasma, dermatitis, hirsutisme, hipertrikosis, neurodermatitis, gangguan pigmentasi, seborea, gangguan kulit, nyeri punggung, nyeri rahang, rasa berat, nyeri saluran kemih, penghentian perdarahan abnormal, neoplasma payudara jinak, kanker payudara lokal, breast cyst, breast discharge, polip serviks, eritema serviks, coital bleeding, galaktorea, genital discharge, hipomenorea, menstruasi terlambat, ovarian cyst ruptured, bau pada vagina, rasa terbakar pada vulvovagina, rasa tidak nyaman pada vulvovagina, limpadenopati, asma, dispnea, epistaksis, nyeri dada, malaise, pireksia, smear cervix abnormal.

Dosis: 

1 tablet setiap hari pada jam yang sama selama 28 hari. Kemasan berikutnya dimulai satu hari setelah tablet terakhir dari kemasan sebelumnya, penghentian perdarahan biasanya dimulai selama minum tablet terakhir dari satu siklus dan terus berlanjut pada kemasan berikutnya, pada beberapa wanita, perdarahan dapat muncul setelah tablet pertama dari kemasan berikutnya.

Penggunaan: 

Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya, tablet diminum pada hari pertama siklus haid.

Mengganti dari Kontrasepsi Oral Kombinasi (KOK) yang lain, vaginal ring, atau patch transdermal: Gunakan pada satu hari setelah tablet KOK terakhir diminum, Gunakan saat vaginal ring atau patch transdermal sudah dilepas.

Mengganti dari progestogen tunggal (minipill, suntik, implant) atau progestogen – releasing intrauterine system (IUS). Untuk minipil, dapat mengganti dengan kombinasi obat ini di hari manapun saat mengkonsumsi minipil, untuk implan atau IUS dapat mulai menggunakan kombinasi obat ini setelah implan atau IUS dilepas, untuk injeksi, kombinasi obat ini dapat dimulai ketika mendekati jadwal injeksi berikutnya, Dianjurkan menggunakan kontrasepsi pelindung pada 9 hari pertama penggunaan tablet.

Pengguna dapat mengganti hari minipill (dari implant atau IUS pada hari penggantinya, dari obat suntik bila injeksi berikutnya dilakukan), tetapi dianjurkan menggunakan kontrasepsi pelindung selama 9 hari pertama penggunaan tablet.

 Terlupa minum obat

Bila terlambat minum obat kurang dari 12 jam, tidak mengurangi perlindungan kontrasepsi, segera minum saat teringat dan lanjutkan penggunaan tablet sesuai aturan pakai, Bila terlambat minum obat lebih dari 12 jam pada hari 1-2 (tablet berwarna kuning gelap yang mengandung 3.0 mg estradiol valerat (EV)), hari 3-4 (tablet berwarna merah yang mengandung 2.0 mg EV dan 2.0 mg DNG), hari 8-17 (tablet berwarna kuning cerah yang mengandung 2.0 mg EV dan 3.0 mg DNG) segera minum obat saat teringat walaupun harus meminum dua tablet dalam sehari, lanjutkan penggunaan tablet sesuai aturan, dianjurkan menggunakan kontrasepsi pelindung selama 9 hari kedepan, Bila terlambat minum obat pada hari ke 18-24 (tablet berwarna kuning cerah (2.0 mg EV dan 3.0 mg DNG) hentikan penggunaan tablet, mulai lagi dengan meminum tablet pertama untuk penggunaan jadwal selanjutnya,  dianjurkan menggunakan kontrasepsi pelindung selama 9 hari kedepan, Bila terlambat minum obat pada hari ke 25-26 (tablet berwarna merah gelap (1.0 mg EV), segera minum obat saat teringat walaupun harus meminum dua tablet dalam sehari, Bila terlambat minum obat pada hari ke 27-28 (tablet berwarna putih), langsung dilanjutkan dengan meminum tablet selanjutnya.

 Jika seorang wanita lupa untuk memulai penggunaan sesuai kalender baru atau lupa meminum satu atau beberapa obat sejak hari ke-3-9, ia mungkin sudah hamil (asalkan ia telah melakukan hubungan dalam 7 hari sebelum pengawasan). Semakin banyak tablet (terutama tablet dengan dua hormon gabungan pada hari 3-24) terlewatkan dan semakin dekat mereka ke fase tablet bebas hormon, semakin tinggi risiko kehamilan.

 Jika pasien terlupa minum obat kemudian tidak mengalami perdarahan sampai akhir kalender penggunaan atau pada awal dimulai kembali penggunaan, kemungkinan kehamilan harus dipertimbangkan.

ETINILESTRADIOL + DROSPIRENON

Indikasi: 

Kontrasepsi oral, yang mempunyai efek antimineral kortikoid dan antiandrogenik yang juga bermanfaat untuk wanita yang mempunyai gejala dan riwayat retensi cairan yang berhubungan dengan hormon, dan untuk wanita yang berjerawat dan seborrhea.

Peringatan: 

Jika terjadi faktor risiko seperti yang tersebut di bawah ini, sebaiknya sebelum memulai terapi perlu dipertimbangkan manfaat dan kerugian dari penggunaan KOK. Jika terjadi efek samping yang memburuk, sebaiknya harus segera menghubungi dokter. Dokter akan memutuskan apakah penggunaan KOK harus dihentikan. Gangguan Sirkular, kanker/tumors, keadaan lain wanita yang menggunakan obat ini bersama-sama dengan obat lain yang potensial dapat menaikan kadar natrium seperti penghambat ACE, antagonis reseptor angiotensin II, aldosteron antagonis, diuretik, atau AINS harus diperiksa kadar natrium selama siklus pertama pengobatan. Pada pasien gagal ginjal kapasitas eksresi Natrium terbatas. Secara teori resiko hiperkalemia diminimalisir dengan mengecek kadar natrium selama siklus pertama pengobatan. Penggunaan KOK pada wanita dengan hipertrigliseridemia, atau riwayat keluarga, kemungkinan resiko terjadinya pankreatitis meningkat.
Penggunaan KOK harus segera dihentikan bila terdapat gangguan fungsi hati yang kronik atau akut sampai nilai fungsi hati kembali normal, demikian pula jika gejala cholestatic jaundice timbul kembali dan atau terjadi cholestatic pruritus selama awal kehamilan atau sebelumnya menggunakan sex steroid, maka penggunaan KOK harus segera dihentikan.Walaupun KOK mempunyai efek terhadap resistensi peripheral insulin dan toleransi glukosa, pada penggunaan KOK dosis rendah (mengandung <0,05 mg ethinylestradiol) tidak perlu mengganti regimen terapetik untuk diabetes, tetapi penggunaan KOK pada wanita diabetes harus dipantau secara hati-hati. Selama pemakaian KOK dilaporkan bahwa telah terjadi Crohn's disease, ulcerative colitis, manifestasi klinik Dubin-Johnson syndrome dan Rotor syndrome. Kemungkinan dapat terjadi Chloasma pada wanita yang menggunakan KOK, terutama wanita yang mempunyai riwayat Chloasma gravidarum. Selama menggunakan KOK, wanita yang mempunyai kecenderungan Chloasma harus menghindari paparan sinar matahari atau radiasi UV.
Kehamilan dan menyusui
Obat ini tidak diindikasikan selama kehamilan. Jika terjadi kehamilan selama penggunaan Obat ini, maka pemberian tablet harus segera dihentikan. Laktasi dapat dipengaruhi oleh KOK yaitu adanya pengurangan jumlah dan perubahan komposisi air susu ibu, selanjutnya penggunaan KOK tidak dianjurkan sampai selesai masa menyusui.

Interaksi: 

terjadi peningkatan bersihan hormon sex menjadi petunjuk adanya pendarahan dan kegagalan kontrasepsi oral. Hal tersebut terjadi dengan adanya hidantoin, barbiturat, primidon, karbamazepin dan rifampisin; juga dicurigai dengan okskarbazepin, topiramat, felbamat dan griseovulfin. Mekanisme interaksi ini berdasarkan adanya enzim di hati. Induksi enzim maksimal umumnya tidak terlihat pada minggu ke 2-3 tetapi kemudian bertahan selama minggu ke 4 setelah terapi dihentikan. Kegagalan kontrasepsi juga dilaporkan dengan adanya antibiotik, seperti ampisilin dan tetrasiklin. Metabolit drospirenon dalam plasma dihasilkan tanpa pengaruh sistem sitokrom P450. Penghambatan sistem enzim ini tidak mempengaruhi metabolisme drospirenon.

Kontraindikasi: 

Adanya riwayat trombosis vena atau arteri atau tromboemboli (seperti venous thrombosis, pulmonary embolism, infark miokard) atau pada kecelakaan cerebrovascular. Ada riwayat prodromi thrombosis (serangan iskemia, angina pektoris). Riwayat migrain dengan gejala neurologik fokal. Faktor risiko untuk trombosis arteri yaitu diabetes melitus, hipertensi berat, severe dyslipoproteinemia. Faktor penyebab bawaan terjadinya trombosis vena atau arteri seperti APC-resistance, defisiensi antitrombin III, defisiensi Activated Protein C (APC), defisiensi protein S, hyperhomocys-teinemia anti phospolipid-antibodies (anticardiolipin-antibodies, lupus anticoagulant). Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya thrombosis vena atau arteri. Pankreatitis atau penderita dengan riwayat hipertrigliseridemia berat. Penyakit hati berat atau fungsi hati tidak kembali normal. Insufisiensi ginjal atau gagal ginjal akut. Kanker hati (benign atau malignant). Karsinoma payudara dan atau genital. Pendarahan vaginal yang tidak terdiagnosa. Kehamilan. Hipersensitivitas terhadap zat aktif atau zat tambahan.

Efek Samping: 

Efek samping yang dilaporkan adalah payudara: tenderness, nyeri, pembesaran, sekresi; sistem saraf pusat: sakit kepala, migrain, perubahan libido, depresi; saluran pencernaan: mual, muntah dan keluhan lain pada saluran cernal; kulit: kelainan kulit seperti rash, erythema nodosum, erythema multiforme; urogenital: perubahan dalam sekresi vaginalMata: intoleransi lensa kontak; lain-lain: retensi cairan, perubahan berat badan, reaksi hipersensitivitas.

Dosis: 

Tablet harus diminum setiap hari sesuai petunjuk dalam kemasan, jangan diminum satu jam sebelum atau sesudah makan. Tablet dimakan setiap hari selama 21 hari secara berurutan. Tiap kemasan berikutnya dimulai setelah interval 7 hari tidak minum tablet, selama tidak makan obat biasanya terjadi menstruasi. Biasanya mulai pada hari ke 2-3 setelah tablet terakhir diminum dan berhenti sebelum kemasan berikutnya dimulai.
Memulai Penggunaan:
Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya
.
Tablet diminum pada hari pertama siklus haid. Mulai pada hari ke 2-5 masih diperbolehkan, tetapi selama siklus pertama dianjurkan menggunakan pelindung selama 7 hari pertama penggunaan tablet. Mengganti Kontrasepsi Oral Kombinasi (KOK) yang lain Obat ini digunakan pada hari setelah tablet aktif KOK terakhir diminum, tetapi paling lambat digunakan interval waktu minum tablet tanpa zat aktif atau tablet plasebo dari penggunaan KOK sebelumnya.
Mengganti penggunaan hanya progestogen
(minipill, suntik, implant) atau progestogen releasing intrauterine system (IUS). Pengguna dapat mengganti hari minipill (dari implant atau IUS pada hari penggantinya, dari obat suntik bila injeksi berikutnya dilakukan), tetapi dianjurkan menggunakan pelindung selama 7 hari pertama penggunaan tablet.
Aborsi trimester I
Dapat digunakan secepatnya. Bila digunakan tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.
Sesudah melahirkan
Untuk wanita menyusui (lihat peringatan dan perhatian).
Aborsi Trimester II
Untuk wanita menyusui (lihat peringatan dan perhatian). Digunakan mulai hari ke 21 sampai 28 setelah aborsi trimester ke dua. Jika terlambat digunakan dianjurkan menggunakan pelindung selama 7 hari pertama penggunaan tablet. Tetapi jika sudah berhubungan dikhawatirkan terjadi kehamilan, sebelum memulai penggunaan KOK sebaiknya harus menunggu sampai hari pertama menstruasi. Bila terlambat makan obat kurang dari 12 jam, tidak mengurangi perlindungan kontrasepsi, dan segera makan saat disadari dan lanjutkan penggunaan tablet seuai aturan pakai.Bila terlambat makan obat lebih dari 12 jam, daya lindung kontrasepsi berkurang.
Terlupa minum obat
Bila terlambat makan obat kurang dari 12 jam, tidak mengurangi perlindungan kontrasepsi, dan segera makan saat teringat dan lanjutkan penggunaan tablet seuai aturan pakai. Bila terlambat makan obat lebih dari 12 jam, daya lindung kontrasepsi berkurang.

 

KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI

Indikasi: 

kontrasepsi; gangguan haid.

Peringatan: 

faktor risiko untuk penyakit vaskular; diabetes mellitus; riwayat penyakit arterial dalam keluarga terutama saudara kandung berusia di bawah 45 tahun; varises; depresi berat; imobilisasi lama; sickle cell anemia; penyakit radang usus.

Interaksi: 

lihat Lampiran 1 dan lihat keterangan di atas.

Kontraindikasi: 

kehamilan, risiko tinggi untuk penyakit arterial; riwayat penyakit tromboemboli; keadaan yang meningkatkan risiko tromboemboli, misalnya profil lipid yang aterogenik atau kelainan koagulasi protrombotik; migren berat, fokal, dan bertambah berat; TIA tanpa sakit kepala; penyakit hati; hepatitis; porfiria; ikterus kolestatik; batu empedu; karsinoma payudara atau genital; perdarahan vagina yang belum didiagnosis; wanita menyusui.

Efek Samping: 

mual, muntah, sakit kepala, nyeri payudara, berat badan bertambah, trombosis, perubahan libido, kloasma, depresi, hipertensi, iritasi pada lensa kontak, gangguan fungsi hati, tumor hati, perdarahan haid berkurang, perdarahan bercak pada awal daur, tidak adanya perdarahan putus obat.

Dosis: 

1 tablet tiap hari pada jam yang sama; dilanjutkan sesuai dengan petunjuk pada pak obat; bila terlambat 12 jam makan pil, daya kontrasepsinya berkurang. Pak pertama dimulai pada hari pertama daur haid; bila terlambat memulai, sebaiknya gunakan kontrasepsi pelindung selama 7 hari pertama.

  • Sediaan monofasik 21 tablet: setelah selesai 1 pak, berikan tenggang waktu 7 hari sebelum mulai dengan pak yang baru.
  • Sediaan monofasik 28 tablet: setelah selesai 1 pak, langsung dilanjutkan dengan pak yang baru.
  • Sediaan trifasik: mulai dengan tablet berjumlah 6 pada hari pertama daur haid.

Sediaan: lihat tabel di bawah ini.

Komponen estrogen

Komponen progestin

Jumlah tablet

Nama dagang

1. Monofasik

Etinilestradiol 20 mcg

Desogestrel 150 mcg

28           

 

Mercilon 28

Etinilestradiol 30 mcg

Gestoden 75 mcg

28           

 

Gynera

Desogestrel 150 mcg

28

Marve lon 28

Levonorgestrel 150 mg

28

Microgynon

28

Nordette 28

28

Planotab

21

Loette 21

2. Trifasik

Etinilestradiol 50 mcg

Linestrenol 2,5 mg

22

Lyndiol

Linestrenol 1 mg

28

Ovostat 28

Etinilestradiol 30 mcg

Levonorgestrel 50 mg

6 (coklat)

Trinordiol 21

Etinilestradiol 40 mcg

Levonorgestrel 50 mg

5 (putih)

Trinordiol 28

Etinilestradiol 30 mcg

Levonorgestrel 125 mg

10
7

Triquilar ED

 

ETINILESTRADIOL + GESTODEN

Indikasi: 

untuk mencegah kehamilan (kontrasepsi).

Peringatan: 

faktor risiko tromboembolisme; kelainan arteri dan migren; hiperprolaktinemia; riwayat depresi berat yang diinduksi oleh kontrasepsi hormonal; penyakit anemia sickle sel; peradangan saluran cerna termasuk penyakit Chron; tekanan darah tinggi.

Interaksi: 

dengan obat untuk epilepsi (misalnya primidon, fenitoin, barbiturat) dan tuberkulosa (misalnya rifampisin); dan antibiotika untuk beberapa penyakit infeksi lainnya (misalnya ampisilin, tetrasiklin, griseofulvin).

Kontraindikasi: 

sedang atau pernah mengalami tromboembolisme; kelainan arteri dan migren; sedang atau pernah mengalami suatu kondisi yang mungkin gejala awal dari serangan jantung (misalnya pada angina pektoris atau nyeri dada) atau stroke (misalnya serangan iskemik transien atau stroke ringan yang menetap); diabetes mellitus dengan kerusakan pembuluh darah; ikterus (kulit yang menguning) atau penyakit hati yang berat; sedang atau pernah menderita tumor jinak atau ganas pada hati; mengalami perdarahan vagina yang tidak terdeteksi; hamil atau merasa hamil; alergi terhadap bahan-bahan yang ada dalam sediaan; mengalami Sindrom Dubin Johnson & Sindrom Rotor; penyakit anemia sickle cell, gangguan metabolisme lemak; mempunyai riwayat herpes pada waktu hamil dan otosklerosis yang memburuk selama kehamilan.

Efek Samping: 

risiko terjadinya trombosis. Efek samping yang dapat terjadi ini dapat dijumpai pada bulan-bulan awal pemakaian pil KB dan biasanya akan berkurang bila dipakai terus; penegangan payudara; nyeri dan bersekresi; sakit kepala; perubahan dorongan seksual; penurunan libido; intoleransi lensa kontak; mual, muntah dan perasaan tidak sehat; perubahan sekresi vagina; macam-macam reaksi kulit; retensi cairan; perubahan berat badan; reaksi hipersensitivitas; perubahan siklus menstruasi.

Dosis: 

1 tablet setiap hari pada jam yang sama dengan mengikuti arah panah sampai 21 pil telah diminum semuanya, pemberian diulang setelah interval 7 hari tidak minum pil. Kemasan berikutnya dimulai pada hari ke 8 siklus menstruasi.