Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dan progesteron (Kontrasepsi Oral Kombinasi/KOK) merupakan sediaan yang paling efektif untuk digunakan umum. Manfaat kontrasepsi kombinasi oral antara lain:
- terpercaya dan efeknya bersifat sementara;
- mengurangi dismenore dan menoragi;
- mengurangi terjadinya ketegangan pramenstruasi;
- lebih sedikit terjadi kista fibroids simptomatik dan kista ovarium;
- lebih sedikit terjadi kelainan payudara non-maligna;
- mengurangi risiko kanker ovarium dan endometrium;
- mengurangi risiko penyakit inflamasi pelvis, yang merupakan risiko dari penggunaan AKDR.
Kontrasepsi kombinasi oral yang terdiri dari sejumlah tetap estrogen dan progesteron dalam setiap tablet aktif disebut ’monofasik’, sedangkan tablet dengan variasi jumlah kedua hormon bervariasi berdasarkan tahanan siklus disebut ’bifasik’ dan ’trifasik’. Plester transdermal yang mengandung estrogen dengan progesteron juga tersedia.
Pemilihan
Kandungan estrogen dalam kontrasepsi kombinasi oral ada pada rentang 20-40 mcg dan umumnya sediaan dengan kandungan estrogen dan progesteron paling rendah yang memberikan kontrol siklus yang baik dan efek samping minimal yang dipilih.
- Sediaan dengan kekuatan rendah (mengandung 20 mcg etinilestradiol) terutama tepat digunakan pada wanita dengan risiko penyakit sirkulasi, kelainan peredaran darah, tetapi waspada terhadap risiko thromboembolisme. Jika boleh menggunakan kontrasepsi oral kombinasi. Kontrasepsi oral kombinasi dianjurkan untuk tidak dilanjutkan pada usia lebih dari 50 tahun karena ada pilihan lain yang lebih tepat.
- Sediaan dengan kekuatan standar (mengandung 30 atau 35 mcg etinilestradiol atau sediaan fase 30-40 mcg) tepat untuk penggunaan standar. Sediaan bifasik dan trifasik umumnya dicadangkan pada wanita yang tetap mengalami perdarahan atau breakthrough bleeding dengan sediaan monofasik.
Progestogen desogestrel, drospirenon dan gestoden (dalam kombinasi dengan etinilestradiol) dapat digunakan pada wanita yang mengalami efek samping (seperti jerawat, sakit kepala, depresi, penambahan berat badan, simptom payudara, dan breakthrough bleeding) dengan progestogen lain. Akan tetapi, sebaiknya tetap diperingatkan bahwa desogestrel dan gestoden juga dapat meningkatkan risiko tromboembolisme vena. Drospirenon, derivat spironolakton, memiliki aktivitas anti-androgenik dan antimineralokortikoid; sebaiknya digunakan dengan hati-hati jika terjadi peningkatan kadar kalium. Progestogen norelgestromin dikombinasikan dengan etinilestrasiol dalam plester transdermal.
Risiko Tromboembolisme Vena
Terdapat peningkatan risiko penyakit tromboembolisme vena (khususnya selama tahun pertama) pada pengguna kontrasepsi oral namun risiko ini masih lebih rendah dibandingkan tromboembolisme vena pada kehamilan (sekitar 60 kasus tromboembolisme vena per 100.000 kehamilan). Pada semua kasus, risiko tromboembolisme vena meningkat dengan bertambahnya usia dan adanya faktor risiko tromboembolisme vena (misalnya obesitas). Risiko terjadinya tromboembolisme vena dengan plester transdermal belum diketahui.
Kejadian tromboembolisme vena pada wanita sehat tidak hamil yang tidak mengkonsumsi kontrasepsi oral adalah sekitar 5 kasus/100.000 wanita per tahun. Pada penggunaan kontrasepsi kombinasi oral mengandung progestogen generasi kedua misalnya levonorgestrel, tromboembolisme vena terjadi pada sekitar 15/100.000 wanita per tahun. Beberapa penelitian melaporkan peningkatan risiko tromboembolisme vena pada wanita yang menggunakan sediaan generasi ketiga progestogen desogestrel dan gestodene; sekitar 25/100.000 wanita per tahun.
Risiko absolut dari tromboembolisme vena pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral kombinasi mengandung progestogen generasi ketiga berisiko kecil dibandingkan dengan risiko yang terkait dengan kehamilan. Jika sudah dan hal ini diinformasikan mengenai risiko tromboembolisme vena dan hal ini dapat diterima, pemilihan kontrasepsi oral dilakukan bersama dengan dokter dan disesuaikan dengan riwayat kesehatan individu dan adanya kontraindikasi.
Perjalanan
Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral, atau menggunakan plester memiliki risiko peningkatan trombosis vena selama perjalanan karena immobilitas jangka panjang (lebih dari 5 jam). Risiko dapat berkurang dengan latihan yang tepat selama perjalanan dan kemungkinan dengan menggunakan kaus kaki elastis.
Lupa Minum Pil
Waktu kritis kehilangan efek perlindungan kontrasepsi adalah jika lupa minum pil pada awal atau akhir siklus (interval bebas pil menjadi lebih panjang). Jika lupa minum pil, maka sebaiknya pil diminun secepat mungkin pada saat ia menyadarinya, dan untuk diminum pada waktu biasanya. Jika terlambat 24 jam atau lebih (khususnya pada periode awal), pil mungkin tidak bekerja. Segera setelah menyadarinya, pasien sebaiknya melanjutkan meminum pil secara normal. Akan tetapi, pasien tidak terlindungi selama 7 hari ke depan dan oleh sebab itu tidak boleh berhubungan atau sebaiknya menggunakan metode lain untuk kontrasepsi seperti kondom. Bila 7 hari ke depan yang tidak terlindungi ada pada akhir paket ini, paket selanjutnya sebaiknya dimulai segera dengan mengabaikan interval bebas pil (atau pada kasus pil setiap hari (everyday, ED), abaikan 7 tablet inaktif). Kontrasepsi darurat dianjurkan jika lebih dari 2 tablet kontrasepsi oral kombinasi terlewat dari 7 tablet pertama dalam paket.
Penundaan Pemakaian/Penempelan atau Pelepasan Plester
Jika plester terlepas sebagian selama kurang dari 24 jam, pasang kembali pada tempat yang sama atau segera ganti dengan plester yang baru; tidak diperlukan tambahan kontrasepsi dan plester selanjutnya dipasang sesuai jadwal seperti biasanya. Jika plester terlepas selama lebih dari 24 jam atau jika pengguna tidak mengetahui bahwa plesternya terlepas lalu menghentikan siklus kontrasepesi dan memulai siklus baru dengan memasang plester baru, mulai dengan ’Hari 1’ yang baru. Penambahan kontrasepsi non-hormonal harus digunakan selanjutnya selama 7 hari pertama pada siklus yang baru.
Jika penggunaan plester baru pada awal siklus yang baru tertunda, perlindungan kontrasepsi akan hilang. Plester yang baru sebaiknya dipasang segera begitu ingat untuk memulai pada ’Hari 1’ baru. Penambahan metode kontrasepsi non-hormonal sebaiknya digunakan pada 7 hari pertama pada siklus yang baru. Jika hubungan dilakukan selama interval bebas plester, kemungkinan masa subur sebaiknya dipertimbangkan. Jika penggunaan plester pada pertengahan siklus tertunda (misplester tidak diganti pada hari ke-8 atau hari ke-15) maka:
- sampai 48 jam, segera dipasang plester baru; plester selanjutnya diganti pada sisa hari yang sama dan tidak diperlukan tambahan kontrasepsi.
- lebih dari 48 jam, perlindungan dari kontrasepsi akan hilang. Hentikan siklus dan segera memulai siklus 4 minggu yang baru dengan memasang plester yang baru dengan memulai ’Hari 1’ baru. Penambahan kontrasepsi non- hormonal sebaiknya digunakan selama 7 hari pertama pada siklus yang baru. Jika plester tidak dilepaskan sampai akhir siklus (hari ke-22), lepaskan secepat mungkin dan mulai siklus selanjutnya di ’hari pergantian” seperti biasa, setelah hari ke-28; tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.
Diare dan Muntah
Muntah dalam waktu 2 jam setelah pemberian kontrasepsi oral atau terjadi diare yang sangat berat dapat mengganggu absorbsi. Diperlukan kontrasepsi tambahan diperlukan selama muntah/diare dan 7 hari setelah sembuh. Jika diare dan muntah terjadi selama penggunaan 7 tablet terakhir, interval bebas pil selanjutnya sebaiknya diabaikan (Jika menggunakan tablet ED abaikan 7 tablet inaktif lainnya).
Interaksi
Efektivitas dari kontrasepsi oral kombinasi maupun yang hanya mengandung progesteron akan menurun jika berinteraksi dengan obat yang menginduksi aktivitas enzim hepatik (misalnya karbamazepin, griseofulvin, modafinil, nelfinavir, nevirapin, okskarbazepin, fenitoin, fenobarbital, ritonavir, topiramat, rifabutin serta rifampisin). Kondom dan juga kontrasepsi kerja panjang seperti kontrasepsi injeksi, lebih tepat untuk pasien dengan infeksi HIV atau dengan risiko infeksi HIV dan saran tentang kemungkinan interaksi dengan obat antiretrovirus sebaiknya diberikan oleh dokter spesialis yang menangani HIV. Untuk penggunaan obat yang menginduksi enzim tetapi jangka pendek, dosis kontrasepsi kombinasi oral sebaiknya disesuaikan sehingga didapat kadar etinilestradiol 50 mcg atau lebih setiap hari, selanjutnya sebaiknya diperhatikan kemungkinan diperlukan kontrasepsi tambahan selama mengunakan obat yang menginduksi enzim dan 4 minggu setelah penghentian obat.
Wanita yang menggunakan obat penginduksi enzim jangka panjang dianjurkan untuk melakukan metode kontrasepsi yang tidak dipengaruhi oleh interaksi obat. Pada wanita yang tidak dapat menggunakan metode kontrasepsi alternatif, dianjurkan menggunakan 'tricycling’ (misalnya menggunakan 3 atau 4 paket tablet monofasik tanpa diikuti istirahat dengan interval pendek 4 hari bebas tablet, tetapi pasien sebaiknya diperingatkan mengenai ketidakpastian efektivitas regimen ini). Rifampisin dan rifabutin adalah obat penginduksi enzim yang kuat oleh karena itu metode kontrasepsi alternatif (seperti IUD) selalu dianjurkan.
Karena aktivitas enzim menjadi tidak kembali normal setelah beberapa minggu penghentian obat penginduksi enzim, pengukuran kontrasepsi yang tepat diperlukan selama 4 sampai 8 minggu setelah penghentian. Efektivitas kontrasepsi plester juga dapat dikurangi oleh obat yang menginduksi aktivitas enzim hepatik. Kontrasepsi tambahan dianjurkan jika menggunakan obat penginduksi enzim dan selama 4 minggu setelah penghentian. Jika pemberian bersamaan obat tersebut dilakukan lebih dari siklus 3 minggu penggunaan plester baru dimulai segera tanpa interval bebas plester. Pada wanita yang menggunakan obat penginduksi enzim jangka panjang, sebaiknya dipertimbangkan metode kontrasepsi lain. Beberapa antibakteri yang tidak menginduksi enzim hati (misalnya ampisilin, doksisiklin) dapat menurunkan efektivitas kontrasepsi oral kombinasi dengan mengganggu bakteri flora yang berfungsi mendaur etinilestrasiol pada usus besar. Kontrasepsi tambahan diperlukan jika menggunakan antibakteri jangka pendek yang tidak menginduksi enzim dan selama 7 hari setelah penghentian obat. Jika 7 hari ini ada pada akhir paket, paket selanjutnya sebaiknya dimulai segera tanpa periode bebas kontrasepsi (pada kasus ED tablet inaktif diabaikan). Jika penggunaan antibakteri lebih dari 3 minggu, akan terjadi resistensi bakteri sehingga tidak diperlukan perhatian tambahan kecuali jika diberikan antibakteri baru; perhatian tambahan juga tidak diperlukan jika pasien memulai kontrasepsi oral kombinasi pada saat sudah menggunakan antibakteri selama 3 minggu atau lebih.
Kemungkinan beberapa antibakteri mempengaruhi efektivitas kontrasepsi plester. Kontrasepsi tambahan dianjurkan selama penggunaan bersamaan dan selama 7 hari setelah penghentian antibakteri yang tidak menginduksi enzim (kecuali tetrasiklin). Jika penggunaan bersama berlangsung lebih dari siklus 3 minggu penggunaan, siklus pengobatan baru sebaiknya segera dimulai tanpa memutus plester. Jika penggunaan antibakteri lebih dari 3 minggu, kontrasepsi tambahan tidak diperlukan kecuali jika diberikan antibakteri baru; kontrasepsi tambahan juga tidak diperlukan jika pasien memulai kontrasepsi plester pada saat sudah menggunakan antibakteri selama 3 minggu atau lebih.
Pembedahan
Kontrasepsi yang mengandung estrogen sebaiknya dihentikan (dan digunakan kontrasepsi alternatif yang memadai) 4 minggu sebelum pembedahan besar dan pembedahan pada kaki atau pembedahan yang mempengaruhi immobilisasi jangka panjang pada lengan bawah dan sebaiknya dianjurkan diberikan pada saat haid pertama yang terjadi setidaknya 2 minggu setelah pasien mobilisasi penuh. Injeksi depot yang hanya mengandung progesteron dapat diberikan dan kontrasepsi yang mengandung estrogen mulai diberikan kembali, setelahnya diberikan sebelum pemberian suntikan selanjutnya. Jika penghentian kontrasepsi estrogen tidak mungkin dilakukan, misalnya setelah trauma atau pasien yang tetap menggunakan kontrasepsi estrogen pada saat pembedahan, dianjurkan dilakukan trombofilaksis (dengan heparin). Rekomendasi ini tidak berlaku untuk pembedahan kecil yang menggunakan anestesi kerja pendek, misalnya sterilisasi laparoskopik atau pencabutan gigi, atau pada wanita yang menggunakan kontrasepsi bebas hormon (secara oral maupun injeksi).
Alasan Penghentian Segera
Kontrasepsi kombinasi hormonal atau terapi sulih hormon (HRT) sebaiknya dihentikan (tunda investigasi dan pengobatan), jika terjadi gejala-gejala berikut:
- nyeri berat pada dada yang muncul dengan tiba-tiba (bahkan jika tidak menyebar pada lengan kiri);
- kesulitan bernafas dengan tiba-tiba (atau batuk dengan noda darah pada sputum);
- nyeri berat pada betis pada satu kaki;
- nyeri berat pada perut;
- keluhan neurologi serius termasuk yang tidak biasa, sakit kepala yang berat dan berkepanjangan khususnya baru pertama kali terjadi atau yang makin memburuk atau hilangnya pandangan sebagian atau seluruhnya atau kehilangan pendengaran dengan tiba-tiba atau gangguan kemampuan persepsi lainnya atau disfasia atau serangan sakit kepala atau pingsan atau kejang epilepsi yang baru pertama kali terjadi atau kelemahan, gangguan motorik, mati rasa yang mempengaruhi satu sisi atau satu bagian dari tubuh;
- hepatitis, ikterus, pembesaran hati;
- tekanan darah sistolik di atas 160 mmHg dan diastolik 100 mmHg;
- imobilitas jangka panjang setelah operasi atau luka pada kaki;
- ada faktor risiko yang menjadi kontraindikasi pemberian obat.
Kontrasepsi Darurat-Metode Hormonal
Levonorgestrel digunakan dalam kontrasepsi hormonal darurat. Obat ini akan efektif jika diberikan dalam waktu 72 jam (3 hari) setelah senggama yang tidak terlindungi. Penggunaan obat secepat mungkin akan meningkatkan efektivitas. Kontrasepsi hormonal darurat kurang efektif dibanding pemasangan AKDR. Jika terjadi muntah dalam 3 jam setelah menggunakan levonorgestrel, dosis pengganti dapat diberikan. Jika diperlukan antiemetik, dianjurkan digunakan domperidon.
Saat meresepkan kontrasepsi hormonal darurat, dokter sebaiknya menjelaskan:
- bahwa periode/siklus mens berikutnya dapat lebih cepat atau terlambat;
- bahwa metode pelindung perlu digunakan sampai periode/siklus mens berikutnya;
- cepat kembali ke dokter jika terjadi nyeri pada abdomen bawah karena hal ini dapat merupakan pertanda kehamilan ektopik (dan juga pada 3 sampai 4 minggu jika darah menstruasi selanjutnya tidak normal, encer, kental atau singkat, atau tidak terjadi, atau jika sebaliknya).
Kehamilan Intra Uterin: selain terapi, lihat Lampiran 4 (Levonogestrel).
Interaksi. Efektivitas kontrasepsi hormonal darurat berkurang dengan obat-obat penginduksi enzim, AKDR tembaga. Tidak diperlukan peningkatan dosis kontrasepsi darurat jika pasien menggunakan antibakteri yang tidak menginduksi enzim.