Beser (urinary frequency) biasanya disebabkan oleh kontraksi detrusor yang tidak beraturan/stabil sehingga daya tampungnya berkurang. Inkotinensia pada orang dewasa diatasi menggunakan kombinasi obat dan metode olah raga lantai pelvis dan latihan kantong kemih. Inkontinesia karena stres diatasi dengan metode non-obat. Duloksetin suatu penghambat serotonin dan re-uptake noradrenalin dapat ditambahkan untuk pengobatan inkontinensia sedang sampai berat pada wanita dan lebih efektif jika digunakan bersamaan dengan olah raga lantai pelvis. Kontraksi detrusor tanpa sengaja menyebabkan kebutuhan mendesak sehingga pasien tidak bisa menahan untuk berkemih dan inkontinensia biasanya diikuti dengan beser dan nokturia.
Antimuskarinik dapat mengurangi kontraksi dan meningkatkan kapasitas kantung kemih. Oksibutinin juga mempunyai efek relaksan langsung pada otot polos saluran kemih. Efek samping dikurangi dengan memulai pemberian pada dosis kecil. Bentuk sediaan lepas lambat oksibutinin efektif dengan lebih sedikit efek samping; tersedia juga plester transdermal. Kebutuhan untuk meneruskan terapi obat antimuskarinik sebaiknya ditinjau setelah 3-6 bulan.
Dahulu propantelin bromida dan antidepresan trisiklik digunakan untuk inkontinensia tapi penggunaannya sedikit karena efek samping yang ditimbulkannya. Penggunaan imipramin terbatas karena berpotensi menimbulkan efek samping terhadap jantung. Antidepresan trisiklik, misalnya imipramin, amitriptilin dan nortriptilin (lihat 4.1.3.1), efektif untuk mengatasi kontraksi detrusor yang tak stabil karena kerja antimuskariniknya. Golongan ini juga digunakan dalam jangka yang tidak lama untuk enuresis malam hari (nocturnal enuresis) pada anak.
Peringatan. Antimuskarinik digunakan dengan hati-hati pada lansia yang lemah dan pasien neuropati autonomik dan mereka yang mengidap terhadap angle closure glaucoma; hernia hiatus dengan refluks esofagitis; kerusakan hati (Lampiran 2); kerusakan ginjal (Lampiran 3). Antimuskarinik dapat memperburuk hipertiroid; penyakit arteri koroner; gagal jantung kongestif; hipertensi, hipertropi prostat; aritmia dan takikardi.
Kontraindikasi. Penggunaan antimuskarinik harus dihindari pada pasien dengan miastenia gravis, glaukoma sudut tertutup, obstruksi saluran kemih atau retensi urin, kolitis ulkus berat, mega kolon yang toksik, obstruksi gastrointestinal atau atoni intestinal.
Efek samping. Efek samping obat antimuskarinik meliputi mulut kering, gangguan pada saluran cerna seperti konstipasi, penglihatan kabur, mata kering, mengantuk, susah dalam mikturisi (lebih jarang retensi urin), palpitasi, reaksi kulit (kulit kering, ruam, fotosensitif); sakit kepala, diare,angioudem, aritmia dan takikardia. Stimulasi SSP seperti tidak dapat istirahat, disorientasi, halusinasi dan konvulsi; anak-anak mempunyai risiko lebih tinggi. Dapat mengurangi pengeluaran keringat sehingga dapat menyebabkan sensasi panas dan pusing pada lingkungan panas atau pada pasien yang demam, sangat jarang dapat memperburuk angle closure glaucoma.
Enuresis malam hari
Pada malam hari (nocturnal enuresis) sering terjadi (5%) pada anak-anak berumur 10 tahun. Pengobatan tidak dimaksudkan untuk anak-anak di bawah 5 tahun dan biasanya tidak dibutuhkan untuk anak-anak di bawah 7 tahun dimana orang tua tidak resah dengan kasur yang basah. Anak-anak di atas 10 tahun membutuhkan penanganan yang segera. Alarm enuresis (enuresis alarm) merupakan terapi utama untuk anak di atas 7 tahun yang termotivasi dengan baik karena akan menghasilkan reduksi enuresis yang lebih tahan lama dibandingkan pemberian obat. Jika metode ini tidak berhasil, dapat dikombinasikan dengan terapi obat. Demopressin, analog vasopresin, digunakan untuk terapi enuresis malam hari; diberikan secara intranasal atau melalui mulut seperti tablet. Dibutuhkan perhatian khusus untuk mengatasi cairan berlebihan dan pengobatan sebaiknya tidak lebih dari 3 bulan tanpa berhenti selama satu minggu untuk pengkajian ulang pengobatan.
Trisiklik seperti amitriptilin, imipramin, kadang-kadang nortriptilin juga digunakan tetapi dapat menyebabkan gangguan tingkah laku dan kambuh jika pengobatan selesai. Pengobatan sebaiknya tidak lebih dari 3 bulan kecuali diberikan pemeriksaan fisik yang menyeluruh dan dikaji ulang; toksisitas karena dosis berlebih trisiklik harus mendapat perhatian khusus.