Ada 2 kelompok utama progestogen, yaitu progesteron dengan analognya (didrogesteron dan medroksiprogesteron) dan analog testosteron (noretisteron dan norgestrel). Progestogen baru (desogestrel, norgestimat, dan gestoden) adalah turunan dari norgestrel; levonogestrel adalah isomer aktif norgestrel dengan potensi 2 kali lebih kuat. Progesteron dan analognya bersifat androgenik lemah dibanding turunan testosteron, keduanya yaitu progesteron dan didrogesteron tidak menyebabkan virilisation. Pada endometriosis yang memerlukan pengobatan, progestogen mungkin memberi respon, misalnya noretisteron yang diberikan terus-menerus. Danazol, gestrinon dan analog gonadorelin juga dapat digunakan (bagian 6.7.2). Walaupun progestogen oral banyak digunakan untuk menoragia, tetapi progestogen kurang efektif dibandingkan asam traneksamat (bagian 2.1.1) atau, bila dismenorea juga merupakan salah satu faktor, asam mefenamat (bagian 10.1.1); IUD/spiral yang melepaskan levonogestrel (bagian 7.3.2.) mungkin berguna pada wanita yang juga memerlukan kontrasepsi. Progestogen oral juga digunakan untuk dismenorea yang berat, tetapi pada wanita muda yang juga perlu kontrasepsi, pilihan terbaik adalah kontrasepsi oral kombinasi (bagian 7.3.1).
Progestogen telah digunakan untuk mengurangi gejala premenstrual, tetapi tidak ada dasar fisiologis yang meyakinkan untuk pengobatan ini.
Progestogen telah digunakan untuk mencegah aborsi spontan pada wanita dengan riwayat keguguran berulang (kecenderungan aborsi) tapi tidak ada bukti mengenai manfaatnya dan pemberian tidak dianjurkan. Pada wanita hamil dengan gejala antibodi antifosfolipid yang menderita keguguran berulang, pemberian asetosal dosis rendah (bagian 2.7) dan dosis pencegahan (profilaksis) dengan heparin berat molekul rendah (bagian 2.6.2) dapat menurunkan risiko keguguran (penggunaan hanya di bawah pengawasan dokter spesialis). Pada anak dengan penundaan pertumbuhan ciri seks sekunder, progestogen berkala ditambahkan setelah terapi dengan estrogen selama 12-18 bulan untuk memantapkan siklus menstruasi.
Biasanya levonorgestrel 30 mcg atau nor-etisteron 5 mg perhari digunakan selama 7 hari terakhir dari siklus 28 hari. Noretisteron juga digunakan untuk menunda menstruasi dalam suatu siklus, pemberian obat dimulai 3 hari sebelum waktu menstruasi diperkirakan.
Terapi Sulih Hormon (HRT)
Pada wanita yang mempunyai uterus yang memerlukan pengobatan estrogen jangka panjang untuk sulih hormon, perlu ditambakan progesteron untuk mencegah hiperplasia sistik endometrium yang kemungkinan berubah menjadi kanker; progesteron dapat diberikan berkala atau terus menerus (lihat 6.4.1.1). Tersedia tablet kombinasi yang mengandung progesteron.
Kontrasepsi oral
Desogestrel, etinodiol, gestoden, levonogestrel, noretisteron dan norgestimat digunakan dalam kontrasepsi oral kombinasi dan kontrasepsi progestogen saja (bagian 7.3.1 dan bagian 7.3.2).
Kanker
Progestogen juga berperan dalam penanganan penyakit neoplastik (bagian 8.3.2).
Perhatian: Progestogen sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada keadaan yang dapat memperburuk retensi cairan misalnya epilepsi, hipertensi, migrain, asma, gagal jantung atau gagal ginjal dan pasien yang cenderung mengalami tromboemboli (perhatian khusus pada dosis tinggi). Hati-hati bila diberikan pada pasien gangguan hati (hindari jika keadaan parah) dan pada pasien yang mempunyai riwayat depresi. Progestogen dapat menurunkan toleransi glukosa dan sebaiknya diawasi secara ketat pada pasien diabetes.
Interaksi:Lampiran 1 (progestogen)
Kontraindikasi: Progestogen sebaiknya dihindari pada pasien dengan riwayat tumor hati, dan gangguan hati berat. Juga kontraindikasi pada pasien dengan kanker kelamin dan payudara (kecuali progestogen digunakan dalam pengobatan penyakit ini), penyakit arteri berat, pendarahan vagina yang tidak terdiagnosa dan porfiria. Progestogen tidak boleh digunakan jika ada riwayat idiopatik jaundice, gatal-gatal berat atau pemphigoid gestationis selama kehamilan.
Efek samping: gangguan menstruasi, gejala mirip pramenstruasi (termasuk kembung, kekurangan cairan, breast tenderness), berat badan bertambah, mual, sakit kepala, pusing, insomnia, mengantuk, depresi, reaksi kulit, (termasuk urtikaria, pruritus, kemerahan dan jerawat), hirsutisme, alopesia. Reaksi anafilaktik dan penyakit kuning juga pernah dilaporkan.