PENGOBATAN MALARIA
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Tujuan dari pengobatan radikal adalah untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Semua obat antimalaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena menyebabkan iritasi lambung.
PENGOBATAN MALARIA FALSIPARUM
Malaria falsiparum (malaria ganas) disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Di sebagian besar wilayah dunia, Plasmodium falciparum telah resisten terhadap klorokuin, sehingga obat ini tidak boleh digunakan untuk malaria falsiparum.
Di Indonesia, pengobatan lini pertama malaria falsiparum adalah kombinasi artesunat, amodiakuin dan primakuin. Pemakaian artesunat dan amodiakuin bertujuan untuk membunuh parasit stadium aseksual, sedangkan primakuin bertujuan membunuh gametosit yang berada di dalam darah. Obat kombinasi diberikan per oral selama tiga hari dengan dosis tunggal harian.
Primakuin (basa) diberikan per oral dengan dosis tunggal 0,75 mg/kg bb yang diberikan pada hari pertama. Primakuin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, bayi < 1 tahun dan penderita defisiensi G6-PD. Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat badan penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur seperti tertera pada tabel 5.9.
Dosis dewasa maksimal artesunat dan amodiakuin masing-masing 4 tablet, primakuin 3 tablet.
Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke-28 setelah pemberian obat, ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari ke-4) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7. Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat, gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif atau gejala klinis memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).
Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika pengobatan lini pertama tidak efektif di mana ditemukan: gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).
Pengobatan lini kedua adalah kombinasi kina, doksisiklin/tetrasiklin dan primakuin. Kina diberikan per oral, 3 kali sehari dengan dosis sekali minum 10 mg/kgbb selama 7 hari. Doksisiklin diberikan 2 kali per hari selama 7 hari, dengan dosis dewasa adalah 4 mg/kg bb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2 mg/kg bb/hari. Bila tidak ada doksisiklin, dapat digunakan tetrasiklin yang diberikan 4 kali sehari selama 7 hari, dengan dosis 4-5 mg/kg bb. Doksisiklin maupun tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak dengan umur di bawah 8 tahun dan ibu hamil. Primakuin diberikan dengan dosis seperti pada pengobatan lini pertama.
Jika pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat badan, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur seperti pada tabel 5.10.
Tabel 5.9 Pengobatan lini pertama malaria falsiparum berdasarkan kelompok umur
Hari
|
Jenis obat
|
Jumlah tablet per hari berdasarkan kelompok umur
|
0-1 bulan
|
2-11 bulan
|
1-4 tahun
|
5-9 tahun
|
10-14 tahun
|
≥ 15 tahun
|
1
|
Artesunat
|
¼
|
½
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Amodiakuin
|
¼
|
½
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Primakuin
|
-
|
-
|
¾
|
1 ½
|
2
|
2-3
|
2
|
Artesunat
|
¼
|
½
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Amodiakuin
|
¼
|
½
|
1
|
2
|
3
|
4
|
3
|
Artesunat
|
¼
|
½
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Amodiakuin
|
¼
|
½
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Tabel 5.10 Pengobatan lini kedua untuk malaria falsiparum berdasarkan kelompok umur
Hari
|
Jenis obat
|
Jumlah tablet per hari berdasarkan kelompok umur
|
0-11 bulan
|
1-4 tahun
|
5-9 tahun
|
10-14 tahun
|
≥ 15 tahun
|
1
|
Kina
|
Dosis per kg bb
|
3 x ½
|
3x1
|
3x1 ½
|
3 x (2-3)
|
Doksisiklin
Atau jika diganti tetrasiklin,
|
-
|
-
|
-
|
2x50 mg
|
2x100mg
|
-
|
-
|
-
|
*)
|
4 x 250 mg
|
Primakuin
|
-
|
¾
|
1 ½
|
2
|
2-3
|
2-7
|
Kina
|
Dosis per kg bb
|
3 x ½
|
3x1
|
3x1 ½
|
3 x (2-3)
|
Doksisiklin
|
-
|
-
|
-
|
2x50 mg
|
2x100mg
|
Parenteral: Jika pasien sakit berat, kina harus diberikan secara infus intravena Regimen dosis pada dewasa untuk infus kina:dosis muatan 20 mg/kg bb (sebagai garam kina) (maks. 1,4 g) diberikan selama 4 jam. Setelah 8 jam dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 10 mg/kg bb (maksimal 700 mg) sebagai garam kina, infus selama 4 jam dan diulangi tiap 8 jam (sampai pasien dapat menelan tablet untuk melengkapi pengobatan selama 7 hari), diikuti dengan sulfadoksin + pirimetamin atau doksisiklin seperti keterangan diatas. Dosis kina secara infus intravena untuk anak dihitung berdasarkan berat badan dewasa. KEHAMILAN. Malaria falsiparum malignan sangat berbahaya untuk wanita hamil, terutama pada trimester terakhir. Pada keadaan ini kina oral atau intravena dengan dosis dewasa dapat diberikan (termasuk dosis muatan). Doksisiklin sebaiknya dihindari pada wanita hamil (mempengaruhi perkembangan gigi dan skelet). Sulfadoksin + pirimetamin sebaiknya juga dihindari sampai adanya data yang lebih lengkap.
PENGOBATAN MALARIA VIVAKS, MALARIA OVALE, MALARIA MALARIAE
Malaria yang disebabkan oleh Plasmodium vivax dan lebih jarang oleh Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae umumnya termasuk kategori malaria ringan.
Di Indonesia, lini pertama pengobatan malaria vivaks dan malaria ovalea adalah kombinasi klorokuin dan primakuin. Pemakaian klorokuin bertujuan untuk membunuh parasit stadium aseksual dan seksual, sedangkan primakuin bertujuan untuk membunuh hipnozoit di sel hati, juga dapat membunuh parasit aseksual di eritrosit.
Dosis: oral, DEWASA, Klorokuin tablet yang beredar di Indonesia mengandung 250 mg garam difosfat yang setara dengan 150 mg basa. Klorokuin diberikan sekali sehari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/ kg bb. Dosis primakuin adalah 0,25 mg/kg bb per hari yang diberikan selama 14 hari dan diberikan bersama klorokuin.
ANAK dan KEHAMILAN. Seperti pada pengobatan malaria falsiparum, primakuin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, bayi < 1 tahun, dan penderita defisiensi G-6-PD. Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat badan pasien, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur seperti pada tabel. 5.11.
Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke-28 setelah pemberian obat, ditemukan keadaaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari ke-4) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7. Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat:
a. Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif atau
b. Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali sebelum hari ke 14 (kemungkinan resisten)
c. Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari ke 15 sampai hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).
Tabel 5.11 Pengobatan malaria vivaks dan malaria ovale berdasarkan golongan umur
Hari
|
Jenis obat
|
Jumlah tablet berdasarkan kelompok umur
|
0-1 bulan
|
2-11 bulan
|
1-4 tahun
|
5-9 tahun
|
10-14 tahun
|
≥ 15
Tahun
|
H1
|
Klorokuin
|
¼
|
½
|
1
|
2
|
3
|
3 – 4
|
Primakuin
|
-
|
-
|
¼
|
½
|
¾
|
1
|
H2
|
Klorokuin
|
¼
|
½
|
1
|
2
|
3
|
3 – 4
|
Primakuin
|
-
|
-
|
¼
|
½
|
¾
|
1
|
H3
|
Klorokuin
|
1/8
|
¼
|
½
|
1
|
1 ½
|
2
|
Primakuin
|
-
|
-
|
¼
|
½
|
¾
|
1
|
H4-14
|
Primakuin
|
-
|
-
|
¼
|
½
|
¾
|
1
|
PENGOBATAN MALARIA VIVAKS resisten klorokuin Pilihan terapi yang dipakai di Indonesia adalah kombinasi kina dan primakuin. Tablet kina yang beredar di Indonesia adalah tablet yang mengandung 200 mg kina fosfat atau sulfat. Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kg bb/kali selama 7 hari. Dosis primakuin adalah 0,25 mg/kg bb per hari yang diberikan selama 14 hari. Seperti pengobatan malaria pada umumnya, primakuin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, bayi < 1 tahun, dan penderita defisiensi G-6-PD. Dosis obat juga dapat diberikan berdasarkan tabel dosis berdasarkan golongan umur, seperti pada tabel 5.12
PENGOBATAN MALARIA VIVAKS yang mengalami kekambuhan. Pengobatan malaria vivaks kambuhan sama dengan regimen sebelumnya hanya dosis primakuin ditingkatkan. Klorokuin diberikan sekali sehari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kg bb dan primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5 mg/kg bb/ hari. Dosis obat juga dapat diberikan dengan menggunakan tabel dosis berdasarkan golongan umur pada tabel 5.13.
Tabel 5.12 Pengobatan malaria vivaks resisten klorokuin
Hari
|
Jenis obat
|
Jumlah tablet per hari berdasarkan kelompok umur
|
0-1 bulan
|
2-11 bulan
|
1-4 tahun
|
5-9 tahun
|
10-14 tahun
|
≥ 15
tahun
|
H 1-7
|
Kina
|
*)
|
*)
|
3 x ½
|
3 x 1
|
3 x 1 ½
|
3 x 3
|
H 1-14
|
Primakuin
|
-
|
-
|
¼
|
½
|
¾
|
1
|
Tabel 5.13 Pengobatan malaria vivaks yang relaps berdasarkan golongan umur
Hari
|
Jenis obat
|
Jumlah tablet berdasarkan kelompok umur
|
0-1 bulan
|
2-11 bulan
|
1-4 tahun
|
5-9 tahun
|
10-14 tahun
|
≥ 15
tahun
|
H1
|
Klorokuin
|
¼
|
½
|
1
|
2
|
3
|
3 - 4
|
Primakuin
|
-
|
-
|
½
|
1
|
1 ½
|
2
|
H2
|
Klorokuin
|
¼
|
½
|
1
|
2
|
3
|
3 - 4
|
Primakuin
|
-
|
-
|
½
|
1
|
1 ½
|
2
|
H3
|
Klorokuin
|
1/8
|
¼
|
½
|
1
|
1 ½
|
2
|
Primakuin
|
-
|
-
|
½
|
1
|
1 ½
|
2
|
H4-14
|
Primakuin
|
-
|
-
|
½
|
1
|
1 ½
|
2
|
Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dapat diketahui melalui anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah minum obat (golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain), pengobatan diberikan secara mingguan.
Klorokuin diberikan sekali seminggu selama 8-12 minggu, dengan dosis 10 mg basa/kg bb/kali. Primakuin juga diberikan bersamaan dengan klorokuin setiap minggu dengan dosis 0,75 mg/kg bb/kali. Pengobatan juga dapat diberikan berdasarkan golongan umur penderita seperti dapat dilihat pada tabel 5.14.
PENGOBATAN MALARIA MALARIAE
Pengobatan malaria malariae cukup diberikan dengan klorokuin sekali sehari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kg bb. Klorokuin dapat membunuh Plasmodium malariae bentuk aseksual dan seksual. Pengobatan juga dapat diberikan berdasarkan golongan umur penderita yang dapat dilihat di tabel 5.15
PENGOBATAN MALARIA FALSIPARUM DI SARANA KESEHATAN YANG TIDAK TERSEDIA OBAT ARTESUNAT-AMODIAKUIN
Di fasilitas pelayanan kesehatan dengan sarana diagnostik malaria dan belum tesedia obat kombinasi artesunat dan amodiakuin, infeksi Plasmodium falciparum diobati dengan sulfadoksin-pirimetamin (SP) untuk membunuh parasit stadium aseksual. Obat ini diberikan dengan dosis tunggal sulfadoksin 25 mg/kgbb atau berdasarkan dosis pirimetamin 1,25 mg/kg bb. Primakuin juga diberikan untuk membunuh parasit stadium seksual dengan dosis tunggal 0,75 mg/kg bb. Pengobatan juga dapat diberikan berdasarkan golongan umur, seperti pada tabel 5.16.
Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat:
1. Gejala klinik memburuk dan parasitaseksual positit atau
2. Gejala klinik tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).
Tabel 5.14 Pengobatan malaria vivaks penderita defisiensi G6PD
Lama minggu
|
Jenis obat
|
Jumlah tablet perminggu berdasarkan kelompok umur
|
0 - 1 bulan
|
2 - 1 1 bulan
|
1 - 4 tahun
|
5 - 9 tahun
|
1 0 - 1 4 tahun
|
≥ 15 tahun
|
8 s/d12
|
Klorokuin
|
¼
|
½
|
1
|
2
|
3
|
3-4
|
8 s/d12
|
Primakuin
|
-
|
-
|
¾
|
1 ½
|
2 ¼
|
3
|
Tabel 5.15 Pengobatan malaria malariae berdasarkan kelompok umur
Hari
|
Jenis obat
|
Jumlah tablet berdasarkan kelompok umur (dosis tunggal)
|
0-1 bulan
|
2-11 bulan
|
1-4 tahun
|
5-9 tahun
|
10-14 tahun
|
≥ 15 tahun
|
H1
|
Klorokuin
|
¼
|
½
|
1
|
2
|
3
|
3-4
|
H2
|
Klorokuin
|
¼
|
½
|
1
|
2
|
3
|
3-4
|
H3
|
Klorokuin
|
1/8
|
¼
|
½
|
1
|
1 ½
|
2
|
Tabel 5.16 Pengobatan malaria falsiparum di sarana kesehatan tanpa tersedia obat artesunat-amodiakuin
Hari
|
Jenis obat
|
Jumlah tablet berdasarkan kelompok umur (dosis tunggal)
|
< 1 tahun
|
1-4 tahun
|
5-9 tahun
|
10-14 tahun
|
≥ 15 tahun
|
H1
|
sulfadoksin-pirimetamin
|
-
|
¾
|
1 ½
|
2
|
3
|
|
Primakuin
|
-
|
¾
|
1 ½
|
2
|
2-3
|
PENGOBATAN MALARIA FALSIPARUM GAGAL ATAU ALERGI SULFADOKSIN - PIRIMETAMIN (SP)
Jika pengobatan dengan SP tidak efektif (gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang atau timbul kembali) atau penderita mempunyai riwayat alergi terhadap SP atau golongan sulfa lainnya penderita diberi regimen kombinasi kina, doksisiklin/tetrasiklin dan primakuin.
Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10mg/kg bb/kali selama 7 hari. Doksisiklin diberikan 2 kali per-hari selama 7 hari dengan dosis orang dewasa adalah 4 mg/kg bb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2 mg/kg bb/hari. Dosis maksimal dewasa yang diberikan untuk kina adalah 9 tablet.
Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 8 tahun. Bila tidak ada doksisiklin, dapat digunakan tetrasiklin. Tetrasiklin diberikan 4 kali per hari selama 7 hari, dengan dosis 4-5 mg/kg bb/kali. Seperti halnya doksisiklin, tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak dengan umur di bawah 8 tahun dan ibu hamil.
Pengobatan dengan primakuin diberikan seperti pada lini pertama. Dosis maksimal dewasa untuk primakuin adalah 3 tablet. Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat badan penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur, sebagaimana telah tercantum pada tabel 5.5.1.2 yaitu tabel pengobatan lini kedua untuk malaria falsiparum berdasarkan kelompok umur.
PENGOBATAN MALARIA DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TANPA SARANA DIAGNOSTIK MALARIA
Penderita dengan gejala klinis malaria dapat diobati sementara dengan regimen klorokuin dan prima kuin. Pemberian kloroin 1 kali per hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kg bb. Primakuin diberikan bersamaan dengan klorokuin pada hari pertama dengan dosis 0,75 mg/kg bb. Pengobatan juga dapat diberikan berdasarkan golongan umur penderita seperti pada tabel 5.17.
Tabel 5.17 Pengobatan terhadap penderita suspek malaria
Hari
|
Jenis obat
|
Jumlah tablet berdasarkan kelompok umur (dosis tungal)
|
0-1
bulan
|
2-11
bulan
|
1-4
tahun
|
5-9
tahun
|
10-14
tahun
|
> 15
tahun
|
H1
|
Klorokuin
|
¼
|
½
|
1
|
2
|
3
|
3-4
|
|
Primakuin
|
- |
- |
¾ |
1½ |
2 |
2-3 |
H2 |
Klorokuin
|
¼ |
½ |
1 |
2 |
3 |
3-4 |
H3 |
Klorokuin |
1/8 |
¼ |
½ |
1 |
1½ |
2 |
Apabila pengobatan tidak efektif (secara klinis tidak membaik bahkan memburuk) penderita harus segera dirujuk untuk kepastian diagnostik dan mendapatkan pengobatan yang cukup.
PENGOBATAN MALARIA DENGAN KOMPLIKASI
Penatalaksanaan kasus malaria berat pada prinsipnya meliputi tindakan umum, pengobatan simptomatik, pemberian obat antimalaria dan penanganan komplikasi.
Derivat artemisinin parenteral yaitu artesunat intravena/intramuskular atau artemeter intramuskular merupakan pilihan utama obat antimalaria untuk pengobatan kasus malaria berat. Artesunat parenteral direkomendasikan untuk digunakan di rumah sakit atau puskesmas perawatan, sedangkan artemeter intramuskular direkomendasikan untuk di lapangan atau puskesmas tanpa fasilitas perawatan. Obat ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil trimester pertama yang menderita malaria berat.
Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi 0,6 mL natrium bikarbonat 5%. Untuk membuat larutan artesunat dengan mencampur 60 mg serbuk kering artesunik dengan larutan 0,6 mL natrium bikarbonat 5%. Kemudian ditambah larutan dekstrose 5% sebanyak 3-5 mL. Artensunat intravena diberikan dengan dosis muatan secara bolus: 2,4 mg/kg bb selama ± 2 menit dan diulang setelah 12 jam dengan dosis yang sama. Selanjutnya artesunat diberikan 2,4 mg/kg bb secara intravena satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Larutan artesunat ini juga bisa diberikan secara intramuskular pada dosis yang sama. Bila pasien sudah dapat minum obat, pengobatan dilanjutkan dengan regimen kombinasi artesunat, amodiakuin dan primakuin (lihat pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi).
Artemeter intramuskular tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg artemeter dalam larutan minyak. Artemeter diberikan dengan dosis muatan 3,2 mg/kg bb intramuskular. Selanjutnya artemeter diberikan 1,6 mg/kg bb secara intramuskular satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen kombinasi artesunat, amodiakuin dan primakuin (lihat pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi).
Alternatif pengobatan malaria berat adalah kina dihidroklorida parenteral, jika tidak tersedia derivat artemisinin parenteral dan pengobatan pada ibu hamil trimester pertama. Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%. Satu ampul berisi 500 mg/2 mL.
Pada orang dewasa termasuk untuk ibu hamil, kina diberikan dengan dosis muatan 20 mg garam/kg bb dilarutkan dalam 500 mL dekstrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 4 jam pertama. Selanjutnya selama 4 jam kedua, hanya diberikan cairan dekstrose 5% atau NaCl 0,9%. Setelah itu, diberikan kina dengan dosis pemeliharaan 10 mg/kg bb dalam larutan 500 mL dekstrose 5% atau NaCl selama 4 jam. Empat jam selanjutnya, hanya diberikan lagi cairan dekstrose 5% atau NaCl 0,9%. Setelah itu diberikan lagi dosis pemeliharaan seperti di atas sampai penderita dapat minum kina per oral. Bila pasien sudah sadar atau dapat minum obat, pemberian kina intravena diganti dengan kina tablet per oral dengan dosis 10 mg/kg bb/kali, pemberian 3 kali sehari (dengan total dosis 7 hari dihitung sejak pemberian infus kina yang pertama). Jika tidak memungkinkan pemberian infus kina, maka dapat diberikan kina dihidroklorida 10 mg/kg bb secara intramuskular dengan masing-masing setengah dosis pada paha depan kiri-kanan (jangan diberikan pada pantat). Untuk pemakaian intramuskular, kina diencerkan dengan 5-8 mL NaCl 0,9% untuk mendapatkan kadar 60-100 mg/mL.
Pada anak, infus kina HCl 25% diberikan dengan dosis 10 mg/kg bb (bila umur < 2 bulan: 6-8 mg/kg bb) diencerkan dengan dekstrosa 5% atau NaCl 0,9% sebanyak 5-10 mL/kg bb diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum obat.
Catatan. Kina tidak boleh diberikan secara bolus intravena karena toksik bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian. Pada penderita gagal ginjal, dosis muatan tidak diberikan dan dosis pemeliharaan diturunkan hingga setengahnya Pada hari pertama pemberian kina oral, berikan primakuin denga dosis 0,75 mg/kg bb. Dosis maksimum kina pada orang dewasa adalah 2000 mg/hari.
TERAPI PROFILAKSIS TERHADAP MALARIA
PERLINDUNGAN TERHADAP GIGITAN NYAMUK
Hal yang terpenting untuk diingat adalah profilaksis bersifat relatif dan tidak mutlak dan infeksi baru dapat saja terjadi walaupun sudah menggunakan obat-obat yang direkomendasikan. Perlindungan pribadi terhadap gigitan nyamuk sangat penting. Kelambu yang telah diimpregnasi dengan permetrin dapat mencegah berbagai gigitan nyamuk. Selain itu, dapat juga digunakan antinyamuk bakar, antinyamuk listrik dan antinyamuk semprot. Formula Dietiltoluamid (DEET) dalam lotion, obat semprot atau roll on sangat efektif dan tidak berbahaya jika digunakan pada kulit, tetapi efek perlindungannya hanya beberapa jam. Gunakan baju lengan panjang dan celana panjang setelah senja untuk melindungi terhadap gigitan nyamuk.
LAMANYA PROFILAKSIS
Profilaksis sebaiknya diberikan satu minggu (sebaiknya dua setengah minggu bila menggunakan meflokuin) sebelum berkunjung ke daerah endemis. Bila tidak memungkinkan, maka diberikan sesegera mungkin 1 atau 2 hari sebelum masuk daerah endemis. Pemberian profilaksis dilanjutkan sampai 4 minggu setelah keluar dari daerah endemis. Oleh karena Plasmodium falciparum merupakan spesies yang virulensinya tinggi maka profilaksis terutama ditujukan pada infeksi spesies ini.
Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi Plasmodium falciparum terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan untuk kemoprofilaksis. Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kg bb selama tidak lebih dari 4-6 minggu. Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak umur < 8 tahun dan ibu hamil.
Profilaksis untuk Plasmodium vivax dapat diberikan klorokuin dengan dosis 5 mg/kg bb setiap minggu. Obat tersebut diminum satu minggu sebelum masuk ke daerah endemis sampai 4 minggu setelah kembali. Dianjurkan tidak menggunakan klorokuin tidak lebih dari 3-6 bulan. Namun, pada mereka yang memerlukan profilaksis jangka panjang, klorokuin dapat digunakan selama 5 tahun. Meflokuin dapat digunakan sampai 1 tahun. Doksisiklin dapat digunakan sampai 2 tahun. Pertimbangan spesialis sebaiknya diperhatikan pada profilaksis jangka panjang.
KEMBALI DARI DAERAH MALARIA
Penyakit yang timbul dalam satu tahun, terutama dalam 3 bulan setelah kembali dari daerah malaria, sangat mungkin merupakan malaria walaupun semua cara pencegahan telah dilaksanakan. Orang tersebut sebaiknya diingatkan terutama bila sakit dalam tiga bulan setelah perjalanan, agar segera mengunjungi dokter dan melaporkan kemungkinan paparan dengan malaria.
ANAK
Usia kurang dari 1 tahun: ¼ tablet mengandung 150 mg klorokuin basa setara fosfat/sulfat; usia 1-4 tahun: ½ tablet klorokuin; usia 5-9 tahun: 1 tablet; usia10-14 tahun: 1 ½ tablet klorokuin; usia >15 tahun: 2 tablet klorokuin sebagai dosis tunggal klorokuin dengan frekuensi 1 kali seminggu.
Catatan: walaupun obat antimalaria diekskresi ke air susu, jumlahnya sangat bervariasi, sehingga pemberian profilaksis untuk bayi yang masih menyusui tetap diperlukan.
EPILEPSI
Klorokuin dan meflokuin tidak dianjurkan untuk pasien epilepsi. Bila ada resistensi klorokuin, dapat dipertimbangkan pemberian doksisiklin tapi metabolismenya dapat dipengaruhi oleh obat-obat anti epilepsi. (Interaksi: lampiran 1).
ASPLENIA
Individu dengan kondisi asplenik (atau orang yang mengalami disfungsi splenik berat) mempunyai risiko yang besar untuk mengalami penyakit malaria yang parah. Jika perjalanan ke daerah endemik malaria tidak terhindarkan, individu tersebut sebaiknya sangat berhati-hati dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat agar terhindar dari penyakit malaria.
GANGGUAN FUNGSI GINJAL
Klorokuin hanya diekskresi secara parsial melalui urin sehingga pengurangan dosis untuk profilaksis tidak diperlukan kecuali pada pasien dengan gangguan fungsi berat. Meflokuin lebih tepat digunakan pada gangguan fungsi ginjal dan tidak memerlukan pengurangan dosis. Doksisiklin juga merupakan pilihan yang tepat. KEHAMILAN. Perjalanan menuju daerah endemik malaria sebaiknya dihindari selama kehamilan. Jika perjalanan tersebut tak terhindarkan, harus dilakukan profilaksis yang efektif. Klorokuin pada dosis lazim dapat diberikan di daerah dimana Plasmodium falciparum masih sensitif. Pada daerah dimana resistensi pada klorokuin sudah terjadi, penggunaan meflokuin dapat dipertimbangkan walau sebenarnya tidak dianjurkan. Doksisiklin dikontraindikasikan pada kehamilan.
Obat malaria dan antibiotik yang dipakai dalam program pemberantasan malaria adalah
- Amodiakuin. Tablet amodiakuin 200 mg dari basa setara hidroklorid atau 153,1 mg dari basa setara klorohidrat.
- Artesunat. Tablet natrium artesunat 50 mg atau injeksi intramuskular/intravena 60 mg natrium artesunat dalam 1 mL larutan injeksi.
- Primakuin. Tablet 15 mg primakuin basa.
- Klorokuin. Tablet 150 mg klorokuin basa setara fosfat atau sulfat.
- Kina. Tablet 200 mg kina basa setara 20 mg bentuk garam atau injeksi kina HCl 25% berisi 500 mg basa dalam ampul 2 mL (250 mg basa/mL).
- Doksisiklin. Kapsul dan tablet mengandung 100 m g doksisiklin garam setara hidroklorid.
- Tetrasiklin. Kapsul dan tablet 250 mg tetrahidroklorid setara dengan 231 mg tetrasiklin basa.