Asetosal diindikasikan untuk sakit kepala; nyeri muskuloskeletal sementara, dismenore; dan demam. Pada peradangan kebanyakan klinisi lebih menyukai pengobatan antiinflamasi dengan AINS lain yang mungkin lebih dapat ditoleransi dan lebih nyaman bagi pasien. Asetosal makin banyak dipakai karena kerja antiplateletnya (lihat 2.9). Tablet asetosal atau tablet terlarut (dispersible) asetosal memadai untuk sebagian besar penggunaan karena efeknya yang cepat. Iritasi lambung dapat menjadi masalah namun dapat dikurangi dengan meminum obat setelah makan. Tersedia juga sediaan salut enterik tetapi mempunyai mula kerja yang lambat dan karena itu tidak sesuai untuk penggunaan analgesik dosis tunggal (walaupun kerja yang lebih panjang mungkin berguna untuk nyeri pada malam hari). Asetosal secara nyata berinteraksi dengan beberapa obat lain dan interaksinya dengan warfarin menimbulkan bahaya khusus (special hazard), lihat interaksi; Lampiran 1 (asetosal).
Parasetamol mempunyai efikasi yang mirip dengan asetosal, tetapi tidak dapat menunjukkan aktivitas antiinflamasi, parasetamol kurang mengiritasi lambung dan karena itu lebih disukai daripada asetosal, khususnya pada orang lansia.
Overdosis dengan parasetamol secara khusus berbahaya karena dapat mengakibatkan kerusakan hati yang kadang-kadang tidak tampak dalam 4–6 hari pertama (lihat Informasi tentang Penanganan Darurat pada Keracunan).
Analgesik antiinflamasi nonsteroid khususnya berguna untuk pengobatan pasien dengan penyakit kronis yang disertai nyeri dan inflamasi. Beberapa AINS juga digunakan untuk pengobatan jangka pendek nyeri ringan sampai sedang termasuk nyeri muskuloskeletal ringan, tetapi parasetamol sekarang lebih disukai, terutama pada orang lansia. AINS juga sesuai untuk mengurangi nyeri pada dismenore dan untuk mengobati nyeri yang disebabkan tumor sekunder pada tulang yang beberapa diantaranya menimbulkan lisis tulang dan melepaskan prostaglandin (lihat Peresepan pada Perawatan Paliatif). Inhibitor selektif COX-2 dapat juga digunakan menggantikan AINS non-selektif untuk pasien dengan risiko tinggi efek samping serius saluran cerna. AINS termasuk ketorolak juga digunakan untuk analgesia perioperatif; lihat 15.1.4.
Asam mefenamat merupakan analgesik kelompok AINS tetapi sifat antiinflamasinya rendah. Berbeda dengan AINS lainnya, asam mefenamat mempunyai efek samping diare dan kadang-kadang anemia hemolitik bisa terjadi sehingga pengobatan harus dihentikan.
Nyeri daerah orofacial dan gigi. Kebanyakan nyeri gigi dapat diringankan secara efektif dengan AINS. Asetosal efektif terhadap nyeri gigi ringan hingga sedang; bentuk sediaan tablet larut asetosal (dispersable) diabsorpsi dengan cepat dan sesuai untuk berbagai tujuan.
Efek analgesik parasetamol dalam mengatasi nyeri gigi ringan sampai sedang lebih kecil dibanding asetosal, namun parasetamol tidak mempengaruhi waktu pendarahan (bleeding time) ataupun berinteraksi secara bermakna dengan warfarin. Dan lagi, parasetamol kurang mengiritasi lambung. Parasetamol adalah analgesik yang sesuai untuk anak-anak.
SEDIAAN ANALGESIK KOMBINASI
Sediaan kombinasi analgesik yang mengandung analgesik sederhana (seperti asetosal atau parasetamol) dan senyawa opioid memperkecil kemungkinan untuk dapat melakukan titrasi terhadap masing- masing komponen dalam penanganan nyeri dengan berbagai intensitas. Sediaan kombinasi analgesik yang mengandung parasetamol atau asetosal dan analgesik opioid dosis rendah (misalnya 8 mg kodein fosfat per tablet kombinasi) sering digunakan; tetapi manfaatnya belum terbukti. Opioid dosis rendah cukup untuk menimbulkan efek samping opioid (khususnya konstipasi) dan dapat memperumit penanganan bila terjadi overdosis; lagipula tidak memberi tambahan efek pengurangan nyeri yang berarti.
Dosis penuh opioid (misalnya kodein fosfat 60 mg) dalam sediaan kombinasi analgesik dapat memperbesar aktivitas analgesiknya namun disertai dengan efek samping opioid (meliputi mual, muntah, konstipasi berat, rasa mengantuk, depresi pernapasan, dan risiko ketergantungan pada penggunaan jangka panjang). Untuk efek samping; peringatan dan kontraindikasi opioid analgesik yang lebih rinci; lihat 4.7.2 (penting: penderita lansia lebih mudah mengalami efek samping opioid dan sebaiknya diberikan dosis yang lebih rendah).Secara umum, pada saat menilai rasa sakit, pentin g untuk menimbang secara seksama apakah diperlukan pemberian analgesik non-opioid dan opioid sekaligus. Kafein, merupakan suatu stimulan lemah, sering ditambahkan ke dalam sediaan analgesik dalam dosis kecil. Penambahan kafein ini dinyatakan dapat menambah efek analgesik, tetapi efek perangsang, efek kecanduan ringan, dan kemungkinan terpicunya sakit kepala belum tentu diinginkan. Lebih-lebih dosis yang berlebihan atau penghentian kafein itu sendiri dapat memicu sakit kepala.